JAKARTA, KOMPAS.TV - Pewarta Foto Harian Kompas/ Pimpro Ekspedisi Tanah Papua 2021, Harry Susilo menuturkan kondisi perairan di Raja Ampat keruh, terutama di kawasan pesisir. Hal itu dialaminya langsung saat melaksanakan ekspedisi ke Pulau Gag pada Juni 2021.
Ketika menginap di Pulau Gag, warga mengeluhkan ada perubahan. Sebelum ada pertambangan, warga begitu mudah mencari ikan di pesisir.
Kemudian setelah ada pertambangan, mereka harus melaut lebih jauh ke tengah dan lumpur sedimen menjadi sangat dalam.Sedimen material nikel terbawa hingga ke laut.
Terkait pelepasan lahan, warga saat itu semacam menandatangani pelepasan lahan adat ke perusahaan. Mereka khawatir sewaktu-waktu bisa terusir dari tanah kelahirannya.
“Yang janggal lagi, saat penandatanganan pelepasan lahan, mereka tidak sadar karena hanya disadari blangko kosong. Kaget tiba-tiba ada pelepasan lahan dan khawatir sewaktu-waktu terusir dari sana,” ungkap Harry.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi XII DPR RI Fraksi PKB, Ratna Juwita Sari sepakat jika itu adalah bentuk kriminalisasi masyarakat adat.
Sementara itu Anggota DPD RI dari Papua Barat Daya, Paul Finsen Mayor mendesak aparat penegak hukum untuk melakukan audit dan memeriksa ke mana aliran dana CSR PT Gag Nikel.
Saksikan selengkapnya di sini: https://youtu.be/T4QDl4p_6j4?si=GG6b12wfuGWwEoEC
#rajaampat #nikel #tambang
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.